Kisah Saat Allah SWT Mengabulkan Do'a Raja Yang Dzalim Dan Keji

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh. Apa kabar sahabat, semoga sahabat selalu diberikan kesehatan dan dilancarkan dalam segala urusan.

Allah Subhanahuwata'ala adalah Tuhan yang hak untuk disembah oleh semua makhluk. Allahlah yang menciptakan alam semesta dan segala isinya. Sudah selayaknya kita umat manusia menghambakan diri kepada Allah dan menggantungkan hidup kita kepada-Nya. Karena Allah maha pemurah lagi maha penyayang serta pengampun segala dosa bagi siapapun yang bertaubat. Allah juga telah menjamin rizki semua makhluk-Nya dan akan mengabulkan doa bagi siapapun yang meminta kepada-Nya.

Sahabat semua, ada sebuah kisah menarik dimana Allah mengabulkan doa seorang raja yang dzalim dan keji. Seperti apa kisahnya, silahkan simak video ini hingga selesai agar sahabat dapat memahami kisah ini dan mengambil hikmahnya.

Berdasarkan tulisan M Nurul Huda, yaitu Alumnus P T I Q Jakarta di laman web islam[dot]co, diceritakan bahwa pada zaman Nabi Daud Alaihissalam, ada seorang raja yang zalim. Bukti kezalimannya yaitu selain menahan beberapa rakyat tanpa peradilan yang wajar, ia juga sering membunuh rakyat tak berdosa. Para rakyat itu akhirnya mengeluh dan mengadu kepada Nabi Daud Alaihissalam.

Allah mengampuni raja yang dzalim

Nabi Daud Alaihissalam merespon keluh kesah mereka. Akhirnya disepakati bahwa sang raja zalim akan diadili bersama, yakni dengan cara disalib. Benar saja, rencana yang telah disepakati Oleh banyak orang ahirnya dijalankan, dan pada suatu hari sang raja disalib di atas sebuah gunung sampai malam.

Setelah itu masyarakat kembali ke rumah mereka masing-masing. Kini tinggal sang raja yang berada di gunung tersebut sendirian. Dalam kesepian itu, ia mengadu kepada tuhan yang selama ini ia sembah. Ia meminta agar dibebaskan dari penyaliban itu. Sayangnya, tak ada apapun yang terjadi. Tak ada pertolongan yang datang sama sekali.

Ia berubah pikiran, Kini ia menyembah dan memohon kepada bulan dan matahari, “Wahai bulan dan matahari, aku menyembah kalian agar kalian bisa menolong dan membantuku. Aku mohon tolonglah aku!” pinta sang raja kepada bulan.

Setelah raja menunggu, Keadaan masih  sama, Sama-sama hening. Tak ada keajaiban yang terjadi atas permohonannya kepada bulan tadi. Tak ada pertolongan yang menghampiri. Didalam keputus asaan, sang raja pun merenung dan menyadari akan suatu hal. Ia akhirnya memutuskan untuk meminta tolong kepada Allah, Tuhan yang disembah oleh Nabi Daud Alaihissalam.

“Ya Allah, aku menyadari selama ini aku durhaka kepadaMu. Aku tak menyembahMu dan memilih sesembahan selainMu. Namun aku sadar, apa yang kusembah selama ini tak dapat memberikan manfaat kepadaku sedikitpun. Kini dengan kerendahan hati, aku memohon kepadaMu. Tolonglah aku ya Allah,” doa sang raja penuh harap.

Lalu Allah merespon permintaan sang raja tersebut. Ia berfirman kepada Jibril, “Wahai Jibril, ini ada seorang hamba yang meminta pertolongan kepadaKu. Salama ini ia memang tidak menyembahKu. namun Kini ia sadar apa yang ia sembah ternyata tak bisa memberinya manfaat sama sekali. Maka sekarang turunkan dia dari salib yang membelenggunya. Sungguh aku mengabulkan doa orang yang meminta kepadaKu”.

Maka Jibril pun lantas bergegas membebaskan sang raja dari salib. Keesokan harinya, beberapa orang datang dan meminta izin kepada Nabi Daud Alaihissalam untuk menurunkan sang raja dari salib. Mereka menduga sang raja pasti sudah meninggal dunia. Sesampainya di gunung, betapa kaget mereka melihat sang raja yang sudah berada di tanah dan tidak berada diatas salib.

Lalu mereka melaporkannya kepada Nabi Daud Alaihissalam. Beliau lantas bergegas ke gunung melihat kebenaran kabar itu. Merasa ada yang aneh, Nabi Daud Alaihissalam bertanya kepada Allah setelah sebelumnya melaksanakan shalat dua rakaat, “Ya Allah, beritahu aku tentang apa yang sebenarnya terjadi!”.

Allah pun berfirman, “Wahai Daud, ia meminta kepadaKuu dengan sungguh-sungguh. Aku pun mengambulkannya. Jika tidak, lantas apa bedanya Aku dengan sesembahan yang telah disembahnya sebelum ini?. Aku memberi apa saja kepada siapa yang kembali dan mengadu kepadaKu. Kini dia telah beriman kepadaKu, Maka ajarilah dia tentang iman!”

Kisah ini terdapat dalam kitab al-Nawadir karya Ahmad Shihabuddin al-Qalyubi. Kisah ini mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang menerima siapa saja, khususnya mereka yang minoritas dan termarjinalkan. Terlebih di saat sebelumnya mereka ditolak dimana-mana.

Dalam segala lini, minoritas dan tidak sebenarnya hanya masalah ruang dan waktu. Dalam urusan agama misalnya, di Indonesia Islam memang agama mayoritas. Namun di belahan dunia lain Belum tentu. Begitu juga dengan suku, budaya, bahasa, dan lain sebagainya. Juga minoritas sama sekali tak berkaitan dengan apapun. Ukurannya hanyalah sisi kemanusiaan dan persamaan untuk mendapatkan hak dan kewajiban.

Profesor Nasaruddin Umar menyatakan bahwa sebenarnya Al-Qur’an tidak mengenal konsep mayoritas-minoritas, dalam arti yang mayoritas mendapat otoritas penuh dan yang minoritas mendapat hak yang istimewa. Yang diajarkan oleh Al-Qur’an adalah persamaan kedudukan.

Alasan inilah yang mungkin melatarbelakangi sosok Kiyai Haji Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab dengan panggilan Gus Dur, selalu berada di garda terdepan dalam membela mereka yang “minoritas”. Semangat yang telah diteladankan Gus Dur ini hendaknya selalu digelorakan terus menerus, terlebih karena Indonesia ini adalah Negara yang multibudaya, multi bahasa, suku, dan lainnya.

Walhasil, Islam adalah agama yang lurus dan halus. Ajarannya selalu memanusiakan manusia. Jika ada perilaku sebagian (oknum) muslim yang angkuh dan semena-mena terhadap minoritas, harus diakui itu sama sekali tidak merepresentasikan ajaran Islam yang sebenarnya. Wallohu a'lam bissowab.

Sekian kisah Allah SWT. yang mengabulkan do'a seorang raja yang dzalim, semoga kisah ini dapat kita ambil hikmahnya. 

======================================

Dikutip dari laman web islam.co

Anda juga dapat menyimak tentang ini di channel youtube kami yaitu :https://youtube.com/juanesia

Jabad
Jabad Orang biasa dengan cita-cita tidak biasa, yang mencitai dan menghargai sejarah bangsanya.