Sejarah Kerajaan Sriwijaya Dan Bukti Sisa-Sisa Kejayaanya

JUANESIA.INFO - Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu Kerajaan di Nusantara yang makmur dan besar, Kerajaan ini dikenal menguasai wilayah yang sangat luas meliputi negara Thailand Selatan, Filiphina, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa barat, dan kemungkinan sebagian wilayah Jawa Tengah juga dikuasainya.

Dengan luasnya daerah kekuasaannya maka Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan terbesar di Nusantara selain Kalingga, dan Majapahit yg berdiri antara abad ke – 12 sampai abad ke- 15.
Awalnya kerajaan Sriwijaya tidak banyak yg mengenal karena memang sedikit sekali bukti sejarah yg dapat dijadikan pengingat pada waktu itu, barulah pada abad ke – 7 keberadaan Kerajaan ini diketahui dari sumber catatan sejarah dari seorang pendeta Tiongkok zaman dinasti Tang dan I Tsing yg mana menuliskan bahwa dia pernah mengunjungi Sriwijaya dan tinggal selama enam bulan pada tahun 671 Masehi.

Bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya lainya juga dapat dilihat dari adanya Prasasti di bukit Palembang yaitu prasasti Kedukan Bukit yg bertarikh sekitar 682.

Nama Sriwijaya sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Sri yg berarti “bercahaya atau Gemilang” dan Wijaya yg berarti “kemenangan atau Kejayaan”. Jadi jika digabungkan Sriwijaya dapat diartikan sebagai sebuah Kemenangan yg gilang gemilang.

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran pada ahir abad ke-13 M. factor politik dan ekonomi menjadi penyebab utama kemunduran Sriwijaya. Ahir abad 13 Kondisi sosio politik Sriwijaya menjadapat tekanan dari kerajaan-kerajaan sekitara yg berusaha memperluas pengaruhnya, seperti Kerajaan Siam disebelah utara yg memperluas kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang. Dan menjadikan perekonomian Sriwijaya perlahan terus melemah.

Dibagian pulau Jawa, Sriwijaya juga mendapat tekanan dari Kerajaan Singosari yg saat itu diperintah oleh Raja Kertanegara. Singasari memiliki cita-cita ambisius waktu itu yitu ingin menguasasi seluruh Nusantara. Kertanegara mulai mengirim ekspedisi ke arah barat yg dikenal dengan istilah Ekspedisi Pamalayu, dipimpin oleh Adityawarman. Dalam ekspedisi Kerajaan Singosari berhasil menundukkan Kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, yg mana secara otomatis membuat kedudukan Sriwijaya makin terjepit.

Dengan semakin terhimpitnya Sriwijaya karena factor politik dan ekonomi, maka ahir abad ke-13 M, wilayah Sriwijaya hanya meliputi Palembang saja. Dan pada tahun 1377 M Sriwijaya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Sriwijaya berdasarkan bukti-bukti sejarah yg ada diyakini pusat Pemerintahaanya berada di Sumatera, tepatnya di Palembang. Ini jika diambil dari hasil observasi Pierre-Yves Manguin yg di sekitar tahun 1993 telah melakukan observasi dan menyimpulkan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking ( yg sekarang terletak di provinsi Sumatera Selatan).

Namun pendapat Pierre-Yves Manguin ini masih belum kuat, karena seoranag peneliti lainya Soekmono mengatakan bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (Sekarang provinsi Jambi), dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut, jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens, yg mana juga telah berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (sekarang provinsi Riau), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I-Tsing, serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yg dipersembahkan oleh raja Sriwijaya Sri Cudamaniwarmadewa tahun 1003 kepada kaisar Cina (Candi Bungsu, yg mana menjadi salah satu bagian dari candi yg terletak di Muara Takus). Namun yg pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I dari kerajaan Cholamandala, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Sekarang Kedah).

Masing-masing peneliti menyampaikan pendapatnya tentang pusat Kerajaan Sriwijaya berdasarkan bukti yg diyakininya, karena memang tidak banyak bisa didapat bukti kuat dimana letak persis pusat Sriwijaya kala itu.namun yg jelas Sriwijaya merupakan bukti kemakmuran, kemajuan, dan keperkasaan negeri Nusantara sebelum datang masa kolonialisme yg menduduki Indonesia lebih dari 350 Tahun lamanya.

Prasasti-Prasasti

Prasasti Kedukan Bukit di Palembang

Prasasti Kedukan Bukit ini ditemukan oleh M. Batenburg pada 29 Nopember 1920 tepatnya di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, persis di tepi Sungai Tatang yg mengalir ke Sungai Musi.

Prasasti Kedukan Bukit ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, yg ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuno. Dan sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor D.146.

Candi Muara Takus di Riau

Membuktikan bahwa Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak tahun 671, ini sesuai dg catatan I-Tsing, dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682. Diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya.

Prasasti Nalanda

Prasasti Nalanda yaitu terdapat di Nalanda, Bihar, India. Yg berangka tahun 860, dr penafsiran manuskrip menyebutkan Sri Maharaja di Suwarnadwipa, Balaputradewa anak Samaragrawira, cucu dari Śailendravamsatilaka(mustika keluarga Śailendra) dengan julukan Śrīviravairimathana (pembunuh pahlawan musuh), raja Jawa yg kawin dg “Tārā”, anak Dharmasetu.

Prasasti Kota Kapur Pulau Bangka

Prasasti ini ditemukan oleh arkeologi prasasti Sriwijaya di pesisir barat Pulau Bangka. Prasasti diberi nama Kota Kapur karena diambil dari nama tempat penemuannya yaitu sebuah dusun kecil yg bernama "Kotakapur". Tulisan pada prasasti ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno, dan merupakan salah satu dokumen tertulis tertua berbahasa Melayu. Ditemukan oleh J.K. van der Meulen di bulan Desember 1892. Pertama kali dianalisis oleh H. Kern, yaitu seorang ahli epigrafi bangsa Belanda yg bekerja pada Bataviaasch Genootschap di Batavia. Pada mulanya ia menganggap Śrīwijaya merupakan nama seorang raja. George Coedes lah yg kemudian berjasa mengungkapkan bahwa Śrīwijaya adalah nama sebuah kerajaan besar di Sumatra pada abad ke-7 Masehi, yaitu kerajaan yang kuat dan pernah menguasai bagian barat Nusantara, Semenanjung Malaysia, dan Thailand bagian selatan.

Sriwijaya juga menjadi symbol kemajuan dan kekuatan Masyarakat Melayu pada waktu itu. Dan sampai sekarang Sriwijaya dikenal sebagai Kerajaan besar di Nusantara.
Jabad
Jabad Orang biasa dengan cita-cita tidak biasa, yang mencitai dan menghargai sejarah bangsanya.