JUANESIA.INFO - Terungkap bahwa amerika yang melengserkan soekarno dari kursi kepresidenan Indoensia, sebuah pernyataan mengejutkan dibuat oleh Akademisi Havard University, Kai Thaler, selain mengungkap peran Amerika Serikat (AS) dalam mendanai sejumlah kelompok yang terlibat dalam pembunuhan massal 1965 di Indonesia, juga mengungkap peran AS dalam melengsekan Soekarno, yaitu presiden pertama Indonesia.
Dalam sebuah tulisannya di Washington Post (arabu/2/12/2015), Thaler mengungkap pbahwa ada awal 1960-an Indonesia memiliki presiden sayap kiri, Soekarno, dan partai komunis terbesar ketiga di dunia, PKI (Partai Komunis Indonesia). “Pemerintah AS percaya bahwa Soekarno dan PKI mengancam untuk membuat Indonesia menjadi ‘next China’ yang membahayakan kepentingan strategis dan komerasial AS.”
Jelas ini menjadi kabar yang mengejutkan semua pihak, kita semua tahu bagaimana strategi kebijakan luar negeri Amerika.
Dalam tulisannya Thaler melanjutkan bahwa “AS mengambil tindakan rahasia terhadap Soekarno pada tahun 1950 dan membatasi bantuan pada tahun 1960, terutama pendanaan program bantuan militer. Para pejabat AS membudidayakan hubungan dengan para pemimpin anti-Soekarno. Pada bulan Februari 1965, karena ketegangan yang meningkat di Indonesia, AS menyetujui rencana aksi rahasia untuk ‘chip PKI’ melalui operasi black letter dan dukungan untuk kelompok anti-komunis.”
Akibat ulah As ini, pada 30 September 1965 situasi politik meledak, ketika sekitar enam jenderel dibunuh. Pada hari berikutnya, tentara di bawah komando Soeharto meluncurkan operasi tegas untuk “menghancurkan” PKI. Dan buntutnya soekarno dilengserkan dari jabatan presiden Indonesia. Tidak sampai disitu, soekrano seolah diasingkan dan tidak boleh berpartisipasi aktif di dunia politik dalam negeri. Mereka khawatir loyalis-loyalis soekarno akan kembali beraksi dan menguasai masa jika soekarno masih aktif di dunia politik Indonesia kala itu.
Lanjut Thaler, menurutnya para pejabat AS telah lama berharap bahwa militer Indonesia akan menekan PKI. “Pada tanggal 5 Oktober kala itu, Duta Besar AS, Marshall Green direkomendasikan Amerika Serikat untuk menyebarkan propaganda anti-PKI, dan Menteri Luar Negeri AS, Dean Rusk ingin mendorong militer untuk menindaklanjuti tindakan terhadap PKI,” imbuh tulisan Thaler.
Semoga dari semua bukti sejarah yang ada, kebenaran dan keadilan akan ditegakkan, dan kebobrokan serta kecurangan akan kalah lalu hancur seiring waktu.
Dalam sebuah tulisannya di Washington Post (arabu/2/12/2015), Thaler mengungkap pbahwa ada awal 1960-an Indonesia memiliki presiden sayap kiri, Soekarno, dan partai komunis terbesar ketiga di dunia, PKI (Partai Komunis Indonesia). “Pemerintah AS percaya bahwa Soekarno dan PKI mengancam untuk membuat Indonesia menjadi ‘next China’ yang membahayakan kepentingan strategis dan komerasial AS.”
Jelas ini menjadi kabar yang mengejutkan semua pihak, kita semua tahu bagaimana strategi kebijakan luar negeri Amerika.
Dalam tulisannya Thaler melanjutkan bahwa “AS mengambil tindakan rahasia terhadap Soekarno pada tahun 1950 dan membatasi bantuan pada tahun 1960, terutama pendanaan program bantuan militer. Para pejabat AS membudidayakan hubungan dengan para pemimpin anti-Soekarno. Pada bulan Februari 1965, karena ketegangan yang meningkat di Indonesia, AS menyetujui rencana aksi rahasia untuk ‘chip PKI’ melalui operasi black letter dan dukungan untuk kelompok anti-komunis.”
Akibat ulah As ini, pada 30 September 1965 situasi politik meledak, ketika sekitar enam jenderel dibunuh. Pada hari berikutnya, tentara di bawah komando Soeharto meluncurkan operasi tegas untuk “menghancurkan” PKI. Dan buntutnya soekarno dilengserkan dari jabatan presiden Indonesia. Tidak sampai disitu, soekrano seolah diasingkan dan tidak boleh berpartisipasi aktif di dunia politik dalam negeri. Mereka khawatir loyalis-loyalis soekarno akan kembali beraksi dan menguasai masa jika soekarno masih aktif di dunia politik Indonesia kala itu.
Lanjut Thaler, menurutnya para pejabat AS telah lama berharap bahwa militer Indonesia akan menekan PKI. “Pada tanggal 5 Oktober kala itu, Duta Besar AS, Marshall Green direkomendasikan Amerika Serikat untuk menyebarkan propaganda anti-PKI, dan Menteri Luar Negeri AS, Dean Rusk ingin mendorong militer untuk menindaklanjuti tindakan terhadap PKI,” imbuh tulisan Thaler.
Semoga dari semua bukti sejarah yang ada, kebenaran dan keadilan akan ditegakkan, dan kebobrokan serta kecurangan akan kalah lalu hancur seiring waktu.
Dikutip dari berbagai sumber