Sejarah Dibalik Tari Cangket Lampung

Lampung merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera Indonesia. Propinsi ini memiliki kekayaan alam dan budaya yang tinggi. Pendduduk asli lampung terdiri dari dua suku yaitu Lampung Pepaduan dan Lampung Sebatin.

Lampung Sebatin adalah sebutan bagi orang lampung yang berada di sepanjang pesisir pantai selatan Lampung. Sedangkan Lampung Pepaduan adalah sebutan bagi orang Lampung yang berasal dari Sekala Brak di Punggung Bukit Barisan (sebelah barat Lampung Utara) dan menyebar ke utara, timur dan tengah Provinsi ini.

Sebagaimana masyarakat lainya, mereka juga mengembangkan kesenian yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata. Tetapi jati dirinya. Salah satu kesenian yang di tumbuh kembangkan oleh masyarakat Lampung, khususnya orang Pepadun adalah jenis seni tari yang disebut “tari cangget”.

Gambar bukti sejarah budaya tari canggett khas Lampung

Sejarah Tari Cangket


Konon, sebelum tahun 1942 atau sebelum kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia, tari cangget selalu ditampilkan pada setiap upacara yang berhubungan dengan gawi adat, seperti: upacara mendirikan rumah, panen raya, dan mengantar orang yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Pada saat itu orang-orang akan berkumpul, baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan dengan tujuan selain untuk mengikuti upacara, juga berkenalan dengan sesamanya. Jadi, pada waktu itu tari cangget dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada suatu desa atau kampong dan bukan oleh penari-penari khusus yang memang menggeluti seni tari tersebut.

Waktu itu para orang tua biasanya memerhatikan dan menilai gerak-gerik mereka dalam membawakan tarianya. Kegiatan seperti itu oleh orang Lampung disebut dengan nindai. Tujuanya tidak hanya sekedar melihat gerak-gerik pemuda atau pemudi ketika sedang menari tari cangget, melainkan juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan, dan keindahan ketika mereka berdandan dan mengenakan pakaian adat Lampung. Bagi para pemuda dan atau pemudi itu sendiri, kesempatan tersebut dapat dijadikan sebagai arena pencarian jodoh. Jika ada yang saling tertarik dan orang tuanya setuju, maka mereka meneruskan ke jenjang perkawinan.
Jabad
Jabad Orang biasa dengan cita-cita tidak biasa, yang mencitai dan menghargai sejarah bangsanya.